9 Fakta Menarik Kuliah di Jerman yang Harus Kamu Kenali – Kuliah di luar negeri memang kelihatan mempunyai prestige yang lebih dibanding dengan kuliah dalam negeri. Apa lagi kuliah di beberapa negara maju seperti Jerman. B.J. Habibie adalah anak negeri yang paling sukses menuntut ilmu di negaranya Angela Merkel itu. Sampai ini hari beliau masih jadi kiblat anak-anak bangsa yang ingin mengikuti tapak jejak suksesnya.

Realitanya kuliah di Jerman tidak seindah keberhasilan B.J.Habibie. Ada berada di belakangnya ada banyak fakta yang jarang-jarang diketahui calon mahasiswa yang ingin kuliah di Jerman. Untuk penyiapan kuliahmu di Jerman, baca 9 fakta menarik kuliah di Jerman yang perlu kamu kenali di bawah ini.

Fakta Menarik Kuliah di Jerman

1. Tidak gratis

Banyak menyebar isu jika kuliah di Jerman itu gratis. Kenyataannya itu tidak betul. Tidak seluruhnya negara sisi di Jerman menggratiskan uang kuliah terutamanya untuk mahasiswa asing dari beberapa negara Asia.

Misalnya di negara sisi Baden-Württemberg, pemerintahnya mulai berlakukan pembayaran uang semester sebesar minimum 1000 euro untuk mahasiswa asing terhitung tahun 2019. Ini karena makin bertambahnya mahasiswa asing banyak yang datang menuntut ilmu ke Jerman.

Sementara tidak gampang untuk warga Jerman untuk sampai ke jenjang universitas dan tidak seluruhnya warga Jerman bisa mengenyam pendidikan di universitas. Cuma beberapa orang yang mempunyai nilai yang baik saja yang dibolehkan ke universitas.

2. Pekerjaan harian tidak memengaruhi nilai akhir

Bila dosen-dosen di Indonesia biasanya jadikan pekerjaan harian sebagai penolong pembaruan nilai di pengujung semester untuk mahasiswanya, tidak begitu dengan perkuliahan di Jerman.

Nilai akhir semester cuma ditetapkan oleh hasil ujian semestermu dan tidak ada hubungan dengan pekerjaan harian. Pekerjaan harian diperuntukkan untuk menguatkan ilmu yang diserap di hari itu.

Tetapi tidak berarti kamu bisa semaunya melewati pekerjaan harian. Kamu sendiri yang akan rugi karena kuliah di Jerman itu betul-betul tidak mudah. Kerjakan pekerjaan harian bisa benar-benar menolong proses peresapan ilmu dan menyiapkan diri untuk ujian akhir semester.

3. Tidak ada istilah “Jika bisa dipersulit mengapa harus dipermudahkan”

Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia pasti beberapa ingat dengan jargon “jika bisa dipersulit mengapa harus dipermudahkan”. Terkhusus saat ingin menjumpai dosen dan minta tanda-tangan. Apa lagi saat pengaturan skripsi, bisa dari pagi ke pagi kembali sekedar untuk meminta tanda-tangan dosen.

Ini tidak berlaku di Jerman. Beberapa dosen berlaku kooperatif dan tidak angkuh. Mahasiswa bisa membuat janji sesuai saat yang disetujui dan dosen juga tiba di saat itu tanpa polah yang aneh-aneh. Tetapi harus dikenang, kamu janganlah sampai terlambat karena orang Jerman benar-benar on time dan tidak sukai permainkan waktu.

4. Kedatangan tidak dipentingkan

Di dunia perkuliahan di Indonesia, tingkat kedatangan mahasiswa sangat penting dan bisa memengaruhi nilai. Tidak peduli sepintar apa saja kamu, jika kamu tak pernah datang dalam perkuliahan, karena itu nilaimu tentu ada minusnya.

Di Jerman kedatanganmu tidak diakui untuk tentukan nilai. Yang perlu kamu sanggup menjawab masalah ujian. Dosen tidak akan menilaimu jelek karena hanya kamu tak pernah datang di mata kuliahnya.

5. Cuma ada 1x ujian

Semenjak sekolah menengah siswa di Indonesia telah terlatih dengan istilah remedial. Hal tersebut jadi berlanjut sampai universitas. Tetapi tidak boleh mengharap ada remedial bila kamu kuliah di Jerman. Tidak lulus ujian maknanya kamu harus mengulang kembali pelajaran itu sepanjang satu semester. Tidak ada nilai kasihan apa lagi remedial.

6. Cuma ada 2x peluang mengulang-ulang

Di point awalnya disebut jika tidak ada remedial di Jerman. Maknanya kamu harus mengulang-ulang pelajaran itu, bukan mengulang-ulang ujiannya. Nach, untuk mengulang mata kuliah yang tidak lulus itu, kamu cuma mempunyai 2x peluang mengulang-ulang.

Bila kamu tidak lulus , maknanya perkuliahanmu tidak berhasil selama-lamanya. Kamu masih bisa lanjut kuliah dengan ambil jurusan lain dan mengulang-ulang dari sejak awalnya.

7. Tidak ada semester pendek

Semester pendek umum dilaksanakan di beberapa universitas di Indonesia. Maksudnya untuk membenahi nilai atau percepat masa kuliah supaya sang mahasiswa bisa cepat lulus. Tetapi tidak ada istilah semester pendek di Jerman. Semua harus jalan pada perputarannya.

Waktunya perkuliahan liburan, dosen-dosen pilih liburan. Mereka tidak ingin memendekkan masa kuliah dari yang seharusnya atau memberi peluang mengulang-ulang untuk mahasiswa yang tidak lulus di semester awalnya.

8. Tidak ada acara wisuda

Banyak mahasiswa jatuh bangun sampai kurus kering untuk menuntaskan skripsi. Sangat lumrah bila kelulusan dari universitas dirayakan dengan besar sama seperti yang wajar terjadi di Indonesia.

Tetapi tidak begitu dengan beberapa universitas di Jerman. Entahlah karena factor tidak ingin ribet atau factor yang lain, tidak ada yang bernama wisuda memakai toga di Jerman.

Apa lagi sampai membawa kelompok satu daerah untuk mendatangi acara wisuda. Mahasiswa yang lulus sidang cuma akan mendapatkan ijazahnya beberapa minggu selanjutnya tanpa euforia melemparkan topi toga.

9. Mahasiswa bayar 1/2 harga

Point paling akhir ini benar-benar menyenangkan. Siapa yang kuliah di Jerman, entahlah itu masyarakat lokal atau di luar Jerman tentu mendapatkan banyak keringanan dengan kartu mahasiswanya. Mahasiswa selalu diberi 1/2 harga atau tambah murah dari harga biasa. Misalnya untuk biaya transportasi, masuk ke beberapa tempat wisata berbayar, biaya rumah dan yang lain. Mahasiswa di Jerman memang diberi banyak keringanan.

Untuk bisa kuliah di Jerman memanglah tidak gampang. Jangan sekalipun menyamainya dengan kuliah di Indonesia yang bisa lulus tiga tahunan untuk tingkat sarjana. Tetapi yakinlah! Bila kamu bisa sampai kuliah di Jerman, ilmumu tidak akan disangsikan kembali.